Senin, 26 Desember 2011

Seberapa Pentingkah 'E-KTP' itu?

Sebelum saya menuliskan tulisan yang berhubungan dengan judul di atas, saya ingin menyapa para pembaca (kaya ada yang baca aja blog gw)terlebih dahulu. Apa kabar kalian semua? jumpa lagi dengan saya. Judul di atas, "Seberapa Pentingkah 'E-KTP' itu?" merupakan pelampiasan kekesalan saya karena tidak mendapatkan nomor urut antrian untuk mengurus pembuatan 'E-KTP'. Sabtu 24/12/11, saya sengaja pulang ke Jakarta karena mendapatkan titah dari babe saya untuk mengurus pembuatan 'E-KTP'. Sebenarnya saya enggan untuk melakukannya, namun karena saya tidak ingin dianggap anak durhaka, jadi saya menuruti titah dari babe tersebut. Sesampai di rumah babe menceritakan dan menjelasakan semuanya, "Pri, urus E-KTP hari selasa. Datengnya pagi-pagi, yah jam setengah lima lahh...biar dapet nomor antrian. Terus ngurusnya jangan telat, ntar klo telat ngurusnya ke DKI lohhh...mana kena denda, lumayan 250.000 ribu." Saya berpikir,"ngapain dateng pukul setengah 5 pagi ke Kelurahan hanya untuk mendapatkan nomor antrian, udah kaya orang bener aja. Mending gw ngantri tiket konser Justin Bieber dengan antrian 4 KM dah." Benar apa yang dikatakan oleh babe saya. Selasa 27/12/11, saya berangkat ke Kelurahan pukul setengah 7 pagi. Saya benar-benar kaget, karena halaman Kelurahan sudah dipenuhi orang-orang yang berantusias mengurus 'E-KTP'. Sepertinya antrian di Kelurahan ini mengalahkan antrian tiket konser Justin Bieber. Ada yang bilang bahwa dia sudah menuruh surat undang dari pukul 3 pagi. Jadi urutan dalam mengurus 'E-KTP' ini adalah pertama menaruh surat undangan yang telah diberikan oleh ketua RT masing-masing untuk mendapatkan nomor urut antrian, setelah itu menunggu giliran sesuai dengan nomor urut yang didapat untuk proses foto, sidik jari, dan sebagainya. Alhasil saya tak mendapatkan nomor urut karena datang kesiangan dan blom tau strateginya. Namun setelah peristiwa ini, terbesit suatu pertanyaan, "apa yang mereka (orang-orang yang telah hadir di Kelurahan sejak pukul 3 pagi) harapkan dari 'E-KTP'?"

Kamis, 18 Agustus 2011

Kangen Upacara Bendera

Entah apa yang sedang terjadi pada gw belakangan ini. dibilang cengeng bukan, dibilang melankolis juga engga. Kenapa gw ngomong gitu?soalnya 2 postingan terakhir gw merupakan curahan dari kegelisahan (jarang-jarang gw nulis tentang sesuatu yang menyeret perasaan).

sudah sekitar 3 tahun gw lulus dari Sekolah Menengah Atas dan selama itu pula gw tidak memeriahkan hari kemerdekaan RI dengan berpartisipasi dalam upacara bendera. Padahal waktu SMA gw tidak punya pikiran bahwa upacara bendera itu menyenangkan, melainkan sebuah kegiatan yang membosankan dan buang-buang waktu. Lain dulu lain sekarang, gw bener-bener ingin melakukan upacara bendera, karena cuma itu aja yang bisa gw lakukan untuk negara tercinta ini. Dengan upacara bendera kita juga bisa menghargai dan mengingat kembali perjuangan para pejuang kita, selain itu kita juga harus melanjutkan perjuangan mereka walaupun hanya dengan melakukan hal yang kecil, yahhh seperti upacara bedera ini.

dikesempatan ini juga gw ingin mengucapkan DIRGAHAYU HUT RI ke-66. Lekas bangun dari tidur berkepanjangan dan cucilah mukamu biar terlihat segar, karena masih ada cara untuk menjadi besar.

Selasa, 16 Agustus 2011

Rindu Dibangunkan Sahur

"pri bangun, sahur ga?"

Kalimat itu terus berulang-ulang dilontarkan oleh ibuku, hingga aku benar-benar bangun dan cukup sadar untuk melaksanakan makan sahur. Namun setelah ibuku tiada yaitu 3 tahun yang lalu kalimat itu tidak aku dengar sama sekali, tidak pula keluar melalui mulut bapakku. Aku merasa hampa ada sepotong hal yang rutin terjadi lenyap begitu saja. Bahkan aku merasa dahaga akan kasih sayang seorang ibu. Dibangunkan untuk sahur, disugukan makanan-makanan yang enak karena dibuatnya penuh dengan cinta dan kesabaran, buah dan teh manis juga tersedia di atas meja makan, serta mengingatkan seisi rumah untuk tidak lupa melaksanakan salat 5 waktu. Sekarang semua itu sudah terkubur dalam-dalam, tapi apakah hal itu bisa bangkit lagi seiring menebalnya rasa rinduku terhadap suasana sahur seperti itu?.

Mungkin kepergian ibu memberi hikmah tersendiri bagiku. Yaitu untuk tidak memiliki sifat manja dan untuk tidak selalu ketergantungan oleh orang lain.
Kebalikannya, saat ini aku yang menjadi hansip untuk bangun lebih awal, menyiapkan makan sahur, membuat teh manis untuk seisi rumah. Itu bukan sebuah keluhan dari aku, melainkan sebuah alasan dari timbulnya rasa rinduku terhadap ibu.
Mungkin ini sudah saatnya Apri. . .

Sabtu, 23 Juli 2011

Terima Kasih Pak Raden

Ada yang masih ingat dengan Pak Raden? pak raden merupakan salah satu tokoh di sinema anak unyil. Berkumis tebal dan berpakaian khas jawa adalah ciri khas dari pak raden. Tidak hanya dalam bentuk boneka yang ada di sinema unyil, namun tokoh tersebut benar-benar ada. Tokoh tersebut diperankan oleh Dr. Suyadi. Beliau adalah seorang pendongeng dengan gaya khas yaitu dengan gambar dan boneka. Dia juga sebagai kreator dari si unyil.

Bertepatan dengan hari anak nasional, diadakan acara untuk mengingat dan menghargai dedikasi beliau dalam bidang seni (untuk anak) ini. Betempat di toko buku Aksara kemang, acara ini berjalan lancar dan meriah yang dihadiri oleh anak-anak beserta orangtua mereka dan juga dihadiri oleh umum yang ingin bernostalgia dengan dongeng-dongeng pak raden.

Acara dimulai dengan menonton salah satu episode film unyil, film selesai pak raden pun memasuki ruangan. Awal paka raden menyanyikan lagu sol do iwak kebo bersama anak-anak. Setelah itu pak raden baru mulai mendongeng dengan judul si kancil. "Yaaaa.....dongeng itu sering gw denger saat gw kecil".
Didongeng yang kedua pak raden menceritakan tentang seorang anak perempuan yang nakal, di dongeng yang kedua ini berbeda dengan dongeng yang pertama, karena di dongeng kedua pak raden menggunakan media boneka bukan dengan gambar seperti dengeng pertama. di acara ini juga dilelang lukisan-lukisan karya Dr. Suyadi (pak raden) dan juga boneka pak raden serta unyil.

Semoga orangtua zaman sekarang lebih sadar bahwa buku dongeng dan film anak lebih baik diberikan daripada ipad, handphone, dan komputer kepada anak-anak mereka.

Selasa, 28 Juni 2011

Percakapan Singkat Di Warung Sate

Percakapan ini terjadi saat gw membeli sate di dekat rumah. Dan dilakukan antara gw dengan tetangga gw.

G :gw
T :tetangga gw
TS:tukang sate


G :Bang sate kambingnya masih ada?
TS :Abis mas. Adanya sate ayam
G :Yaudah bolehh, sate ayamnya 10 tusuk yah
(datanglah tetangga gw ingin membayar sate yang sudah ia beli sebelumnya)
T :Ehhh apri....lagi libur kuliah?kapan pulang dari Bandung?
G :iya nih bu, 2 hari lalu nyampe Jakartanya
T :waduh si apri udah gede aja, tambah ganteng juga lagi. Padahal dulu pas kecil
ibu sering ngegodain apri, masih inget ga?
G :hehehehehehe..(senyum tersipu malu) iya masih inget lah bu.
T :Apri kuliah dimana?
G :Di UNPAD Jatinangor bu..
T :Berarti deket STPDN itu yah?
G :Sekarang namanya dah ganti jadi IPDN
T :ohh begitu...ngambil jurusan apa apri?
G :Sastra Perancis (mengucap dengan bangga) bu
T :ohh yang ngomongnya bindeng-bindeng gitu yahh. Sama kaya di kantor bapak
(suaminya) ngomongnya bahasa perancis ma belanda.
G :Emangnya bapak kerja dimana?
T :Di kedutaan besar Belgia
G :Ohhh...emang belgia salah satu negara yang pake bahasa perancis bu.
TS :mas satenya dah jadi nih
G :berapa mas?
TS :10 ribu
(gw bayar tukang sate sambil pamit duluan ke tetangga gw)
G :ibu saya duluan yahhh..
T :ohh iya pri, ibu doain biar cepet lulus dan sukses yah
G :makasih bu yaa

Senin, 06 Juni 2011

HARI YANG LUAR BIASA BAGI MEREKA

Sebenarnya saya malas dan tidak memiliki ide untuk menuliskan cerita yang satu ini, namun sebelum semua ingatan saya tentang peristiwa ini benar-benar hilang lebih baik saya paksakan untuk menulis.


Sabtu, 4 juni 2011 menjadi hari bersejarah sekaligus hari yang menyenangkan bagi teman sepermainan dan setrongkongan di lingkungan tempat tinggal saya yaitu Danang Wahyudhi. Dia mempersunting wanita pilihannya yang telah lama dipacarinya yaitu Siti Juleiha. Awalnya, saya pikir acara akad nikah dan pesta pernikahannya akan diadakan di kediaman Kudil (panggilan akrab saya kepada Danang Wahyudhi), ternyata semua rangkaian acara tersebut diadakan di kediaman mempelai wanita di daerah Harapan Jaya, Bekasi Utara.
Sebelum pukul 9 pasukan mempelai pria melakukan persiapan, mulai dari menunggu orang-orang penting, mempersiapkan transportasi, mempersiapkan barang-barang seserahan dan yang penting adalah sarapan. . .hehehehehe
Sang pengantin pria benar-benar diselimuti rasa grogi yang luar biasa, sampai-sampai tangannya mendingin sedingin es abadi yang ada di kutub utara dan dia sama sekali tidak melakukan kegiatan kamar mandi (buang air kecil dan buang air besar). "Semoga acara hari ini berjalan lancar", itulah harapan orang-orang yang berada di rombongan tersebut.


Ketika sampai di tempat tujuan rasa grogi itu masih menyelimuti diri kudil, itu terlukis dari ekspresi wajahnya. Kedatangan kami disambut oleh alunan musik marawis yang merdu. Setelah sambutan dari kedua keluarga dan penyerahan seserahan secara simbolis oleh keluarga mempelai pria kepada keluarga mempelai wanita, akhirnya dimulai acara sakralnya (akad nikah).
"Saya terima nikah dan kawinnya Siti Juleiha binti Salim dengan mas kawin tersebut dibayar tunai", ucap kudil lantang untuk menyempurnakan ijab kabulnya. Luar biasa!tak disangka kudil bisa mengalahkan rasa groginya yang menggunung. Padahal dari awal dia terlihat pucat dan culun seperti cupang becir. Dan yang terpenting kudil hanya 1 kali melakukan ijab kabul, tid ak mengulang. Hal itu mengindikasikan bahwa prosesi akad nikahnya berjalan mulus.


Setelah akad nikah, saya dan teman-teman saya yang lainnya (yayat, tato, hanas, bagas, doni, ian, reza) mengucapkan selamat lengkap dengan jabatan tangan dan rangkulan hangat. acara hari itu di tutup dengan makan siang dan foto-foto bersama pasangan pengantin.




Selamat menempuh hidup baru untuk Danang Wahyudi dan Siti Juleiha. Saya berharap pernikahan kalian terus berlayar dan berpetualang hingga maut memisahkan.

Sabtu, 04 Juni 2011

SUDAH TRADISI. . .

Saya dan teman-teman saya di Sastra Perancis (abi, danu, sandy, liki, ibon, ijul, aii, adry, diyat dan manda) memiliki tradisi mentraktir saat salah satu dari kita berulangtahun. Belakangan ini tradisi tersebut terasa pudar. Saya harap tradisi tersebut terus dilestarikan. Inilah beberapa bukti dari tradisi itu.








TRUK VS IBUKOTA

Entah sampai kapan kemacetan yang sudah lama bersemayam di jiwa Ibukota (Jakarta)ini akan berkurang atau bahkan hilang. Karena hal itu sudah menjadi menu pokok yang harus ada di jalanan Jakarta setiap hari. Saya pikir seiring jalannya waktu "MACET" akan berkurang, namun kenyatannya malah tambah parah dan terbengkalai. Tanpa disadari, sebenarnya kemacetan telah menjadi tren. Tren ini telah digunakan oleh kota-kota besar yang lainnya di Indonesia. Mungkin kemacetan mengindikasikan kota-kota tersebut memiliki kegiatan perekonomian yang sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan kota-kota tersebut sebagai kota besar yang maju.


Banyak faktor yang membuat kemacetan terus bersemayam. Bertambah banyaknya volume kendaraan (khususnya kendaraan pribadi), manajemen transportasi umum yang kurang apik, kurang sadarnya warga Jakarta tentang ketertiban berlalulintas, urbanisasi besar-besaran, dan truk.


Saat ini saya akan mencoba membahas dan mengomentari faktor yang terakhir yaitu tentang truk. MENGAPA TRUK? mungkin karena postur mereka besar dan selalu menggunakan kecepatan minimum (pelan) saat melintas di jalan raya biasa ataupun jalan tol dalam kota yang pasti selalu menyebabkan kemacetan. Banyak warga Jakarta yang mengeluh tentang keberadaan truk ini, sehingga Menteri Perhubungan akan mengeluarkan kebijakan tentang pembatasan truk.


Saya sependapat dengan kebijakan ini. menurut saya, tidak ada pihak yang dirugikan atas dikeluarkannya aturan ini. Kemacetan (mungkin) akan berkurang dan para perusahaan pengguna jasa angkut truk tidak takut barangnya telat sampai dan tidak akan mengalami kerugian.

Kamis, 02 Juni 2011

PANCASILA tidak penting!!!

Kalimat pada judul, saya kutip dari sebuah acara dialog interaktif BAROMETER di SCTV yang ditayangkan semalam. Maksud dari kalimat "PANCASILA tidak penting!!!" adalah PANCASILA akan menjadi tidak penting jika hanya di pidatokan saja dan PANCASILA tidak penting jika hanya dihafalkan saja tanpa ada aktualisasi dari kita sebagai warga negara indonesia di dalam kehidupan kita sehari-hari. Selama ini kita bertindak tanpa berasaskan ketuhanan, kemanusiaan, keadilan sosial yang berdampak pada rusaknya persatuan Indonesia (khususnya untuk para pejabat negara).






Memperingati hari lahirnya PANCASILA ke 66 tahun yang jatuh pada 1 juni 2011, seharusnya hal tersebut menjadi sentilan kita bangsa Indonesia untuk selalu mengetahui, mengikuti, dan mengaktualisasi butir-butir pancasila ke dalam tindakan di kehidupan sehari-hari kita agar tercipta sebuah tindakan yang berketuhanan, berkemanusiaan, keadilan sosial sehingga membentuk suatu persatuan indonesia yang kokoh.

MERDEKA...MERDEKA...MERDEKA!!!

Selasa, 31 Mei 2011

Penantian Panjang. . .

Setelah lama menanti, yah kira-kira 1 tahun lebih. Akhirnya gw bisa menyaksikan dan menikmati penampilan Efek Rumah Kaca secara langsung. Saat itu ERK menjadi salah satu pengisi acara soft launching dari www.paseban.com yang berlangsung sabtu 28 Mei 2011 di Cihampelas Walk. Sebenarnya ini merupakan penampilan kedua ERK di bandung, sebelumnya mereka mengisi di acara HYST3RIA (FH Unpad) seminggu sebelumnya. Namun saya tidak bisa hadir karena masalah teknis.

Di acara tersebut ERK menyanyikan kurang lebih 12 lagu. Serentak dengan ERK meniaiki stage, para pengunjung CIWALK merangsak ke depan panggung dan ingin menyaksikan band kesayangan mereka beraksi. ERK mengawali penampilan mereka di bawah terangnya sorotan cahaya bulan dengan menyanyikan Bukan Lawan Jenis. Pada lagu pertama hingga lagu ke-7 kemeriahan terasa tanggung, namun ketika lagu selanjutnya yaitu Hilang (merupakan hits di album ke-3 ERK) kemeriahan benar-benar memuncak. Dan kemeriahan itu bertahan hingga lagu terakhir Desember

Rabu, 04 Mei 2011

La Naturalisme au Théâtre

La naturalisme au théâtre est un type de mise en scène et d'interprétation des acteurs, cherchant à reproduire la nature humaine au plus près de sa vérité scientifique. Le style de mise en scène ou d'interprétation naturaliste, qui s'oppose au jeu expressionniste, est devenu peu à peu un des plus fréquemment utilisé au théâtre et surtout depuis l'avènement du cinéma. La Méthode enseignée à l'Actor's Studio tient, quant à elle, plus à développer un jeu réaliste plus qu'un jeu naturaliste ; l'objet n'étant plus de « singer » la vérité mais d'en tirer l'essence et donc le sens profond dans le cadre dramaturgique, ce dont le naturalisme tend à se passer. Aujourd'hui cependant, le terme naturaliste au théâtre revêt parfois un certain aspect péjoratif : il signifie que l'on surjoue le naturel de telle manière qu'il finit par être déconnecté de toute réalité. Il devient un style de jeu faussement naturel.

Le théâtre naturaliste :

• Henry Becque (1837 – 1899) les naturalistes se sont reconnu dans son théâtre sans effets de théâtre dans ses pièces traches de vie, où la realité sociale n’est plus le décor, mais le sujet même. Chez Henry Becque, comme chez Zola, l’observation scrupuleuse de la realité est soud-tendue par une vision politique.


• Jules Renard (1864 – 1910), plus connu comme romancier (Poil de carotte, 1894), n’a as son pareil pour la pièce courte, au dialogue tendu entre deux personnages (Le pain de ménage, 1897)


• Octave Mirbeau (1850 – 1917), romancier lui aussi devenu dramaturge, révèle un cynisme et une brutalité qui éclatent aussi bien à travers ses romans (l’abbé Jules, monument d’anticléricalisme sidérant) que par son théâtre (Les Mauvais Bergers, 1897).


• Emile Fabre (1869 – 1955) écrit des pièces où sont exposés des problèmes sociaux : le pouvoir de l’argent (l’Argent en 1895), la corruption électorale (La Vie publique en 1901)


• André Antoine, (1858 – 1943) crée le Théâtre-Libre pour mettre en scène, d’une façon naturaliste, des pièces d’inspiration naturaliste. Le Théâtre-Libre est à l’origine d’un nouveau théâtre, le théâtre libre qui modifia l’art dramatique français, malgré les critiques qui ne se terminent de lui être hostiles et qui louèrent parfois. Antoine est soucieux de la vérité des décors et des costumes, joue avec la lumière, demande à l’acteur la vérité dans le geste et dans l’intonation.

Sabtu, 30 April 2011

Sarang Teroris

Jalan cikuda, wisma pelangi, rumah nomor 1. Dicurigai sebagai sarang teroris cabang jatinangor. Namun kelompok teroris ini tidak sama seperti Jama'ah Islamiah ataupun NII yang biasa meledakan bom. Kelompok Teroris yang satu ini berbeda dengan kelompok-kelompok teroris yang lainnya. Mereka meledakan "Bom Verbal"(ngecengin orang). Mereka menamakan diri mereka THACING. Biasanya orang-orang yang menjadi target operasi dari kelompok ini adalah orang-orang yang terlihat aneh di mata mereka. Namun akhir Januari 2011 kelompok ini menyerahkan diri mereka kepada pihak yang berwajib. Di bawah ini beberapa bukti-bukti dari keberadaan kelompok ini.









Selasa, 08 Maret 2011

Nikmatnya Secangkir Kopi Aceh

Mmmmmmm...aroma kopi yang kuat, segar dan berbeda dari biasanya (kopi kapal api) menhinggapi rongga hidungku. Dan ternyata benar itu adalah kopi aceh, yang ku minta dari tetanggaku (Risky). Kopi tersebut didapat Risky dari temannya yang baru pulang dari Aceh.

Secangkir kopi Aceh yang nikmat menemani soreku yang kelabu disertai rintik hujan.
Kopi bubuk yang bertekstur kasar, namun memeliki rasa khas yang luar biasa. Dibuatnya aku terlena oleh rasa dan aromanya


Jumat, 04 Maret 2011

LE PAPILLON






WALAUPUN HINGGAP DI PELEPAH PISANG NAMUN MEREKA MASIH TERLIHAT INDAH








MEREKA LEBIH TERLIHAT CANTIK, KARENA MEREKA HINGGAP PADA TEMPAT YANG TEPAT (BUNGA)

Ketika Pelangi Tak Lagi Setia Menunggu Hujan Reda

Kata pelangi pada judul dianalogikan sebagai kosan yang gw tinggali saat ini. Pelangi memiliki banyak warna yang jika disatukan menjadi warna-warni yang indah, begitu juga dengan kosan "pelangi" yang terdiri dari mahasiswa-mahasisiwa yang berasal dari berbagai fakultas di UNPAD. Namun keserasian dan keindahan itu sebentar lagi akan sirna sejalan dengan keputusan pemilik kosan (Edwin) yang menaikkan harga kosan dan membebankan biaya listrik kepada setiap individu. Kebijakan itu diambil karena para penghuni barak E belum membayar tunggakan biaya kosan.

Para penghuni "pelangi" yang lainnya sontak menentang kebijakan tersebut. Tapi apa daya tangan tak sampai, kebijakan itu terus berjalan dan tak bisa diganggu gugat.


inilah beberapa keindahan yang ada di sudut "pelangi"