Selasa, 16 Agustus 2011

Rindu Dibangunkan Sahur

"pri bangun, sahur ga?"

Kalimat itu terus berulang-ulang dilontarkan oleh ibuku, hingga aku benar-benar bangun dan cukup sadar untuk melaksanakan makan sahur. Namun setelah ibuku tiada yaitu 3 tahun yang lalu kalimat itu tidak aku dengar sama sekali, tidak pula keluar melalui mulut bapakku. Aku merasa hampa ada sepotong hal yang rutin terjadi lenyap begitu saja. Bahkan aku merasa dahaga akan kasih sayang seorang ibu. Dibangunkan untuk sahur, disugukan makanan-makanan yang enak karena dibuatnya penuh dengan cinta dan kesabaran, buah dan teh manis juga tersedia di atas meja makan, serta mengingatkan seisi rumah untuk tidak lupa melaksanakan salat 5 waktu. Sekarang semua itu sudah terkubur dalam-dalam, tapi apakah hal itu bisa bangkit lagi seiring menebalnya rasa rinduku terhadap suasana sahur seperti itu?.

Mungkin kepergian ibu memberi hikmah tersendiri bagiku. Yaitu untuk tidak memiliki sifat manja dan untuk tidak selalu ketergantungan oleh orang lain.
Kebalikannya, saat ini aku yang menjadi hansip untuk bangun lebih awal, menyiapkan makan sahur, membuat teh manis untuk seisi rumah. Itu bukan sebuah keluhan dari aku, melainkan sebuah alasan dari timbulnya rasa rinduku terhadap ibu.
Mungkin ini sudah saatnya Apri. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar